Senin, 04 Maret 2013

Kisah Nyata tentang Hukum Karma

Kisah Nyata tentang Hukum Karma
Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia
Semoga semua makhluk menyadari Hukum Karma.
Keluarga Kera.. (Kisah Nyata)

Sebuah yayasan Fu Lik di Thailand terdaftar sebuah keluarga yg membutuhkan bantuan dalam jangka panjang, disebut dgn keluarga kera. Mereka bertempat tinggal di Thailand Selatan Sulathani, dan laporan ini ditul...is oleh biksu Phai Chiu TaSe, kepala vihara yg bertempat tinggal berdekatan dgn keluarga kera tsb.
Ada satu kelompok dr yayasan bertugas untuk memeriksa setiap laporan yg masuk. Di Thailand ada 76 tempat, tidak peduli dekat atau jauh, begitu mendapatkan laporan, paling lambat 1 minggu harus memberikan laporan akurat, dan setelah itu baru memberi bantuan. Beberapa tahun ini yg memohon bantuan makin lama makin banyak, kali ini saya ditugaskan ke Sulathani untuk memeriksa keluarga kera ini.

Keluarga kera ini terdiri dari seorang ibu yg telah menjanda bernama Niang Lien berusia 47 tahun, bekerja sebagai pemotong rumput di sawah dan harus merawat serta menjaga anak. Anak tertuanya adalah seorang perempuan yg berumur 2tahun, dari umur 10thn tiba-tiba matanya buta, selama 12tahun ini melalui hari-hari yg tidak disertai terang sedikitpun. Anak ke 2a, 3 dan 4 smuanya laki-laki, yg berumur 19, 17 dan 15tahun. Tiga anak ini begitu lahir sudah seperti kera, tidak suka memakai baju, dan suka memanjat pohon mengambil buah-buahan untuk makanan sehari-hari, tidak suka makan nasi, semuanya hanya bisa…in.. in .. ya..ya..sama sekali tidak bisa bicara, dan tidak bisa mengurus diri sendiri. Ketiga putranya yg sudah berumur 10 thn itu masih dimandiin dan disuapi ibunya. Satu keluarga 5 orang itu bergantung sekai dgn vihara yg terletak di sebelah rumahnya.

Sang Ibu karena harus memotong rumput di sawah jadi tidak bisa pergi jauh-jauh, karena dia harus menjaga 4 anaknya. Walaupun putrinya buta, namun masih bisa merawat diri sendiri. Sedangkan ketiga putranya idiot seperti kera, namun sang ibu tetap menyayanginya dan menjaga dengan penuh kasih saying. Setiap bulan hanya bekerja tidak lebih dari 10hari, karena harus tinggal di rumah untuk merawat dan menjaga anak-anaknya, dan melewati hari kadang lapar kadang kenyang. Vihara sangat berjauhan dgn kota, sehingga jarang orang yg datang memberi sedekah dan di vihara tersebut hanya ada 3orang biksu, setiap pagi harus menempuh perjalanan yg jauh baru bisa mendapatkan sedekah. Kadang mendapatkan sedekah yg banyak, maka dibagikan kepada keluarga sebelah ini, namun ketiga biksu ini juga hidup dalam lapar dan kenyang, maka kepala vihara menulis permohonan bantuan kepada yayasan untuk membantu keluarga kera.

Setelah kita membuat laporan yg jelas, lalu memotret keadaan sana, barulah kembali ke vihara dan berbincang-bincang dgn biksu. Sang biksu berkata bahwa sudah mengenal keluarga kera ini 20tahun lebih lamanya, sebelum anak-anaknya lahir sudah mengenal suami istri tsb, mereka sebenarnya bekerja di perkebunan, dan mempunyai 30 hektar tanaman rambutan, setiap tahunnya ada pemasukan puluhan ribu bath.

Setiap kali musim rambutan, pasti datang banyak tupai, kelelawar dank era-kera yg suka makan buah-buahan. Paling banyak adalah tupai dan kelelawar, dalam waktu semalam bisa menghabiskan buahan di satu pohon tsb. Dan begitu bangun pagi hanya tinggal pohon kering yg tidak ada buahnya sama sekali. Orang yg tidak tinggal di perkebunan pastilah tidak percaya akan hal ini.

Maka orang perkebunan menggunakan beberapa cara, kadang lembur hingga malam dgn memakai senjata karet, atau di pohon memasang alat, begitu angin bertiup maka alat-alat saling bertabrakan dan mengeluarkan suara yg mengagetkan binatang pemakan buan itu. Namun beberapa hari kemudian, tupai yg nakal dan kelelawar yg cerdik mengetahui bhw ini adalah akal-akalan saja, tidak peduli memakai alat apa, hanya bisa menakuti mereka 2 atau 3 kali saja, selanjutnya mereka sudah tidak terkena jebakan lagi.

Orang-orang di perkebunan tsb sangatlah benci kpd kera, karena kera selain tidak mudah tertipu, juga mempunyai kebiasaan buruk yaitu setelah memakan kenyang buahan, masih mematahkan dan merusak tumbuhan yg masih kecil-kecil. Jika orang perkebunan berbuat salah sedikit pada kera, maka datanglah segerombolan kera merusak tanaman dan tumbuhan serta mencuri ayam atau bebek, akhirnya orang perkebunan pun menyerah.

Kira-kira sekitar 24 atau 25 tahun lalu, Niang Lien menikah dgn seorang pemuda yg bernama Nai Man Ye, kakek Nai Man Ye membagi warisan dan Nai Man Ye mendapatkan jatah 30 ha perkebunan rambutan, lalu didirikanlah sebuah rumah di dekatnya. Pengantin muda sering menangkap kera dan dibunuh lalu dipotong dan dimasak sebagai obat penambah tenaga, hal ini adalah menjadi kebiasaan orang di desa tsb. Pada suatu hari datanglah 2ekor kera merah, satu jantan dan satu betina, mungkin karena baru menikah tidak lama, maka mencuri masuk ke kamar Nai Man Ye yg masih pengantin muda juga. Sewaktu suami istri tidak ada di kamar, kera yg satunya mencuri jubah wanita, sdgkan kera yg satunya membuka laci dan mengambil bbrp lembar uang dan sertifikat tanah perkebunan, lalu melompat keluar jendela. Kebetulan Niang Lien masuk ke kamar melihatnya, dia sgtlah terkejut dan segera pergi ke perkebunan menceritakan kpd suaminya dan sama pulang ke rumah dan melihat kedua kera, Nai Man Ye menjadi sangat marah dan kesal, masuk ke kamar mengambil senapan panjang, lalu melepaskan tembakan dan 2kera yg nakal langsung jatuh tersungkur. Nai Man Ye mengangkat kera yg tersungkur di lantai itu dan dengan kejamnya menendang nendang dgn keras, kera nakal yg masih bernafas pd saat itu juga langsung menghembuskan nafasnya yg terakhir! Sejak saat itu Nai Man Ye sgt benci pd kera.

Nai Man Ye sudah mempunyai dendam yg sangat dalam pada kera-kera, maka dia menggunakan berbagai cara, menangkap kera hidup-hidup lalu dibunuhnya atau dengan menembaknya atau pula memukul dgn sekuat tenaga, tidak memberi ampun sedikitpun pada kera-kera itu. Pada awalnya dgn menangkap kera hidup lalu tangan dan kaki kera dipotong langsung dan kera digantung di pohon di bawah sinar matahari yg terik. Kera yg tlh dipotong tangan dan kakinya merasa sakit dan air mata mengalir terus, dijemur di bawah terik matahari yg terik, pelan-pelan pun mati dgn mengenaskan. Nai Man Ye melihatnya dgn sangat gembira, bahkan pernah suatu hari menangkap 2 atau 3 ekor kera dan menggunakan cara demikian membuat kera menderita.

Lalu keahlian nai Man Ye menangkap kera tersebar kemana-mana, ada sekelompok orang ingin membeli kera hidup dengan harga tinggi, dengar2 akan dijual di Hongkong sbg makanan bertambah tenaga pada orang berduit-makan otak kera. Sejak saat itulah Nai Man Ye berganti profesi, melepaskan pekerjaan perkebunannya menjadi penangkap kera hidup, pemasukan uangnya pun lebih banyak drpd menanam rambutan.

Tiga tahun setelah menikah Niang Lien barulah melahirkan seorang anak perempuan, di umur 10thn kedua matanya menjadi buta dan agak sedikit bodoh. Lalu tahun berikutnya melahirkan seoragn anak laki-laki yg mirip dgn kera, seluruh tubuhnya dipenuhi oleh bulu-bulu, sampai umur 10thn masih belum bisa berbicara, dan tidak mau memakai baju, tdk suka makan nasi, lebih senang memanjat pohon mengambil buahan utk dimakan. Anak ke3 dan 4 juga sama dgn seekor kera. Nai Man Ye sedih dan jatuh sakit, hanya terbaring di atas ranjang beberapa tahun lamanya, menghabiskan banyak uang untuk mengobati penyakitnya, sampai akhitnya menjual tanah perkebunan untuk membeli obat-obatan, sampai uang habis dan selalu mengeluarkan suara seperti kera, beberapa tahun kemudian barulah meninggal dunia. Dan meninggalkan hutang ini untuk istrinya Niang Lien, hingga harus memikul beban dan tanggung jawab sampai saat ini.

KUTIPAN : KISAH NYATA HUKUM KARMA DI ZAMAN MODERN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar